Rapat Evaluasi Nasional dan Koordinasi Strategi Keberlanjutan Program P3PD wilayah tengah yang diselenggarakan di Yogyakarta menjadi ajang diskusi strategis membangun desa sebagai pusat inovasi dan penggerak pembangunan. Kegiatan yang dihadiri oleh tim pendamping di 28 kabupaten, tim pusat, perwakilan Kemendesa RI, dan Pengurus Lakpesdam PBNU ini menitikberatkan pada pentingnya pembasisan gerakan sosial di desa untuk mempercepat transformasi paradigma, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.
Pada sesi diskusi yang berlangsung siang hari tanggal 1 Desember 2024, Dr. Muhammad Faesal memaparkan tantangan besar dalam menggerakkan desa. Ia menekankan bahwa perubahan paradigma adalah langkah utama yang harus dilakukan untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat.
“Kita perlu menghapus pola pikir bahwa jabatan di desa hanya menjadi simbol kekuasaan, dan mulai mengarahkan sumber daya desa ke inisiatif yang benar-benar berdampak langsung pada masyarakat,” ujar Dr. Faesal. Ia juga mengajak peserta untuk merancang program berbasis komunitas seperti rumah komunitas, pengembangan pesisir, dan pertanian yang inklusif.
Dr. Faesal menyoroti pentingnya kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemerintah, ormas, dan komunitas lokal, untuk mengatasi hambatan paradigma yang sering menghalangi perubahan di desa. Diskusi ini tidak hanya mengidentifikasi tantangan, tetapi juga mendorong aksi nyata dalam bentuk pendampingan serius oleh para pelaku gerakan sosial di tingkat lokal.
Pada sesi berikutnya, Ah Maftuchan, seorang pakar kesejahteraan sosial dan juga sebagai Pengurus Lakpesdam PBNU, mengangkat isu ketimpangan ekonomi di desa. Ia mengkritisi pendekatan mainstream yang seringkali gagal memberikan dampak langsung pada masyarakat. Ah Maftuhchan menggarisbawahi pentingnya ekonomi desa yang terintegrasi dengan potensi lokal, mulai dari pengolahan hasil tani hingga penguatan sektor jasa.
“Desa harus menjadi lokus produksi yang bernilai tambah, bukan hanya produsen bahan mentah. Dengan mendorong industri pengolahan sederhana, kita dapat menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih berkelanjutan,” tegasnya.
Ah Maftuhchan juga menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur penunjang seperti cold storage untuk nelayan, pergudangan pertanian, dan pelatihan manajemen bisnis bagi masyarakat desa. Menurutnya, desa pintar harus mampu menangkap peluang dalam program nasional seperti ketahanan pangan dan hilirisasi berbasis sumber daya alam.
Masa Depan Desa yang Mandiri dan Berkelanjutan.
Rapat ini menjadi momentum untuk mempertegas peran desa dalam pembangunan nasional. Partisipasi aktif masyarakat, pemberdayaan perempuan, dan penguatan jaringan sosial menjadi landasan utama untuk memperkuat demokrasi berbasis komunitas. Dengan dukungan berbagai pihak, desa diharapkan dapat berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan.
Melalui diskusi ini, seluruh peserta sepakat untuk membawa hasil evaluasi dan rekomendasi strategis ke dalam implementasi nyata di lapangan. “Inisiatif dimulai dari kita, jangan hanya nostalgia di lokasi ikonis tanpa substansi,” pungkas Dr. Faesal, menutup diskusi dengan semangat perubahan untuk Indonesia yang lebih baik melalui desa.