Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdallah menegaskan Muktamar Pemikiran NU yang berlangsung di Jakarta tidak terkait politik dukung-mendukung kandidat tertentu dalam konstelasi Pilpres 2024. Menurutnya, pertemuan para pemikir ini justru untuk mengimbangi percakapan publik yang saat ini lebih didominasi wacana dukungan yang kurang sehat.
“Muktamar ini tidak punya pretensi politik untuk terlibat dalam politik dukung-mendukung dalam konteks Pemilu 2024,” kata Gus Ulil dalam konferensi pers di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Minggu (3/12/2023).
Menurut Gus Ulil, gejala dukung-mendukung yang terlalu menguasai percakapan publik menjelang Pemilu 2024 saat ini justru kurang sehat. Perhatian publik terhadap platform yang dibawa oleh masing-masing kandidat juga cenderung minimalis dan sarat emosi.
“Muktamar ini dengan sengaja disebut sebagai ‘muktamar pemikiran’ karena kami sadar bahwa aspek pemikiran inilah yang kurang mendapatkan porsi cukup dalam percakapan publik saat ini. Percakapan publik hari-hari ini kerap dilakukan secara instan, emosional, cepat tetapi sekaligus dangkal di ruang-ruang media sosial,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Gus Ulil mengemukakan perlunya terus mengusahakan adanya ruang percakapan yang lebih mendalam dan serius tentang pelbagai masalah yang dihadapi oleh bangsa ini, termasuk membawa kembali tema tentang “masyarakat” ke tengah-tengah percakapan publik yang mengalami pendangkalan komunikasi dan pemiskinan ide karena munculnya komunikasi baru melalui media sosial.
Muktamar Pemikiran NU 2023 mengusung tema Imagining the Future Society. Forum ini berlangsung selama tiga hari sejak 1-3 Desember 2023 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.
Forum ini menghadirkan narasumber dari kalangan intelektual, praktisi, budayawan, dan pengajar di berbagai perguruan tinggi. Forum ini juga diikuti para cendekiawan, pemikir, aktivis sosial, santri serta kiai, dan masyarakat umum.