Hasil Kajian Sesi II Kegiatan Literasi Digital “Memperkuat Kearifan Lokal dengan Wawasan Kebangsaan di Era Digital”

advanced divider

Notulensi Training of Trainer Literasi Digital “Memperkuat Kearifan Lokal Dengan Wawasan Kebangsaan di Era Digital”

Sesi: II

Moderator: Iil Alawiyah, S.Pd

Pembicara: HJ. Sona Maulida Roemardhie, S.S (Wakil Ketua PCNU Purwakarta)

Topik: “Membangun wawasan Kebangsaan di era digital

Pemateri:

  • Perubahan roda kehidupan manusia akan selalu berkelit kelindan dengan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Perubahan digital terus berubah dalam jangka lima tahun. Manusia hari ini hidup dengan kemampuan berkomunikasi dengan manusia lainnya dengan jarrah yang sangat jauh. Saya beri contoh, bagaina sebuah pesan yang disampaikan di media sosial bisa diinterpretasikan buruk sebab Bahasa teks dan lisan berbeda.
  • Dalam teori komunikasi hal ini dapat terjadi sebab kita tidak mengetahui dengan betul ekspresi si penyampai pesan. Hari ini, benyak hal yang dapat dipayungi di bawah hukum.
  • Bangsa Indonesia, bangsa yang besar dengan ragam Bahasa, suku, agama dan tingkat Pendidikan yang beragam. Besar peran dan tanggung jawab kalangan muda dalam menjaga kekayaan bangsa.
  • Dengan kemajuan era digital, konsekwensi kita sebagai bangsa yang beragam mudah sekali tersulut yang mengarah pada perpecahan.
  • Pertama bagaiaman kita bisa memberikan kiprah kita dengan membuat konten-konten terbaik berdasarkan hasil olah pikr kita. Kedua Ketika kita berbicara, kita harus memahami sekitar dan apa dampaknya. Ketiga di mana seseorang yang terlibat dalam suatu hal, tentu harus memliki referensi dan preferensi, di mana pengetahuan dan pengalamannya turut mendorong perasaan untuk ikut terlibat dengan orang dan keadaan sekitarnya.
  • Dalam dunia digital tidak terlihat bagaimana perasaan orang yang ditolong berterima kasih kepada si penolong.
  • Era digital menyebabkan pemaknaan terhadap tragedi, tidak bisa kita pahami secara utuh.
  • Kenyataan menunjukan bahwa di era ini ada manusia yang bisa bertaham hanya dengan kuota dan jaringan, namun perkataannya mampu tersampaikan dalam jarak yang amat jauh. Itu manusia yang disebut sebagai manusia goa.
  • Ketika kita tidak memahami dunia digital, hilang arah dalam bagaimana memaknainya. Kita tidak sadar denga apa yang sedang kita lakukan, bicarakan, bahkan tidak mengerti jalan pikiran pribadi. Ketika ini dijadikan algoritma hidup oleh seseorang untuk memanfaatkan ‘ketidakpahaman kita’ terhadap dunia digital. Maka dapat dikatakan era digital yang membangun ‘dunia digital’ berhasil menggerus sisi kehidupan manusia.
  • Kemudian, dunia digital menjelma realitas baru, yang kita sebut ‘metaverse’ orang berbondong-bondong memesan berkapling-kapling tanah. Kita tidak sadar tengah menjadi objek ekonomi bagi segelintir orang-orang beras. Bilamana kita tidak tahu bagaimana memperlakukan teknologi di sekitar kita, sebagai tools dan bukan tujuan. Bukan malah memecah belah keutuhan dan kedaulatan kita berbangsa dan bernegara.
  • Hampir semua platform digital kita berpotensi dibobol, dan apabila hal ini terjadi, mereka bisa membuat siapapun telanjang-setelanjang-telanjangnya.
  • Pada akhirnya literasi digital merupakan pengetahuan dan pemahaman yang semua memiliki algoritmanya masing-masing. Identitas pribadi maupun patisi dari sebuah bangsa Bernama Indonesia